Selasa, 08 Oktober 2019


 

                 Di dalam rukun Islam yang lima { syahadat, sholat, zakat, puasa, haji }, terkuak suatu rahasia perintah yang sangat mulia kepada umat Islam. Kelima perintah ini akan mendorong seorang Muslim menuju hubungan kepada Allah ‘hablu minallah’ , juga hubungan antar sesama manusia ‘ hablu minannas’ .

Rukun Islam, jika ditinjau dari hubungan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka amatlah jelas bahwa dengan menjalankan rukun Islam ini berarti seorang hamba telah sempurna Islamnya. Karena ia telah melaksanakan rukun yang di syariatkan, dengan kata lain ia telah menjalankan ibadah. Inilah hablu minallah.

Sedangkan yang telah terlupakan oleh umat Islam dalam menjalankan rukun Islam ini adalah adanya rahasia hablu minannas di dalamnya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat (bersaksi) bahwa tiada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukannya, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka atas tanggungan Allah.” (HR. Bukhari)

Hadits diatas telah menunjukan sunnatullah yaitu hukum sebab-akibat. Dengan seseorang menyatakan dirinya masuk Islam, menegakkan sholat dan membayar zakat. Maka akibatnya ia akan menjaga keamanan dirinya sendiri dan hartanya. Dari sini akan timbul rasa kasih sayang sesama yang di dasari dengan keimanan. Juga, akan tercerminkan akhlakul karimah yang dijunjung tinggi di dalam agama Islam itu sendiri. Akhlakul karimah telah terbukti menjadi akibat jika seorang Mukmin mampu menjalankan  Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. Hal ini telah dinyatakan langsung oleh Allah dan Rasulnya.

Allah berfirman :

وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر

dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar “ ( Al-Ankabut :45)

Menurut ayat yang mulia ini bahwa sholat itu mencegah perbuatan keji atau nista, dan mungkar atau maksiat. Namun jika sholat itu tidak bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka yang perlu ditanyakan bukanlah ayat ini atau sholat itu sendiri. Tapi yang perlu ditanyakan adalah orang yang melakukan sholat. Sudahkah ikhlas dan benar ?

Jika ada pertanyaan bagaimana  bisa sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar? maka  jawabannya adalah karena sholat adalah satu-satunya ibadah yang paling komplit. Didalamnya terdapat takbir, tahmid, tahlil, doa, istighfar, bacaan Al-Fatihah dan surat-surat lain. Ketika melaksanakannya pun dituntut untuk ikhlas, khusyu’, tawadhu, tuma’ninah, raja’ dan khauf. Bahkan syarat sebelum mendirikanya adalah bersuci dari hadats besar dan kecil, di tempat yang bersih dan berjamaah ( jika sholat fardhu) serta tepat waktu.

Waktu pelaksanaannya pun 5 kali sehari, belum lagi di tambah dengan sholat sunnah Tathowu’. Ini artinya, jika  seorang Muslim benar-benar memperhatikan masalah sholat dengan intens dan tersibukkan olehnya, dia akan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

من لم تأمره صلاته بالمعروف، وتنهه عن المنكر، لم يزدد بها من الله إلا بعداً

 

“Barang siapa yang sholatnya tidak memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kejahatan, tidak akan bertambah kecuali ia akan semakin jauh dari Allah”

 

Begitu pula dengan zakat, Allah berfirman :

 


“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan, dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar, maha mengetahui” ( At-Taubah:103)

 

Telah di jelaskan di dalam tafsir Al-Baghawi bahwa makna ‘membersihkan’ disini adalah membersihkan dari dosa. Sedangkan arti dari ‘mensucikan’ adalah mengangkat sifat-sifat kemunafikan menuju keikhlasan.

 

Dengan adanya perintah melaksanakan zakat dan shadaqah,  akan mengikis hati seorang mukmin dari sifat-sifat kikir, bakhil dan ananiyah ( mementingkan diri sendiri).

 

Rukun Islam yang keempat adalah shiyam;puasa. Yang dimaksud adalah puasa Ramadhan. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

الصيام جنة فإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يفسق ولا يجهل، فإن سابه أحد فليقل إني امرؤ صائم

“ Dan puasa itu adalah perisai, maka jika salah seorang diantara kalian berada pada hari puasa, maka janganlah berkata atau berbuat kotor, fasiq dan bodoh, jika ada seseorang mencelanya atau hendak membunuhnya, maka katakanlah: “saya seseorang yang sedang berpuasa.”(Muttafaqun ‘alaih).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ والجهل ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

 Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan dusta, dan (ucapan atau perbuatan) kebodohan niscaya Allah tidak memerlukan usaha dirinya dalam meninggalkan makanan dan minumannya (shaum).” (HR. Bukhari )

Yang dimaksud dengan perkataan dusta di sini adalah : perkataan batil, bohong, saksi palsu, ghibah, ftnah, mencaci dan menghina. Adapun perbutan batil adalah : berbuat zalim, penipuan, khianat dst. Inilah perbuatan-perbuatan yang dilarang ketika sesorang berpuasa.
Ada satu hal penting yang diingatkan oleh para ulama berkenaan dengan tindakan yang bodoh.
Dalam Kifayatul Hajah fi Syarh Sunan Ibni Majah (2/170), Imam Muhammad bin Hayat As-Sindi menulis: “Seluruh perbuatan maksiat merupakan tindakan yang bodoh.”
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan, “Kebodohan itu ada dua jenis: (1) tidak mengetahui ilmu yang bermanfaat dan (2) tidak mengamalkan konskuensi ilmu yang bermanfaat. Keduanya disebut kebodohan menurut pengertian bahasa, budaya, syariat, dan realita. Sebagaimana disebutkan oleh firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran.   
Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-Baqarah : 67) 

Maka ketika  perbuatan-perbuatan ini dilakukan, puasa pun menjadi rusak. Dan nilai-nilai kebaikan ( akhlakul karimah) yang terdapat di dalam puasa tidak ber-atsar sedikitpun kepada orang yang berpuasa di dalam kehidupan sehari-hari.

Tuntutan untuk menjalankan akhlakul karimah juga akan didapati ketika seseorang melaksanakan ibadah Haji.  Saat tiba musimnya, kaum Muslimin ‘yang mampu’ berbondong-bondong menuju tanah Haram untuk memenuhi seruan Allah. Dengan banyaknya manusia berkumpul dalam satu tempat, akan menimbulkan masalah tersendiri. Manusia berbaur antara laki-laki dan perempuan. Serta saling berjubel, mendorong, terhimpit bahkan ada yang terinjak-injak. Setiap saat pun bisa jadi mengantre.

Di sinilah Allah menurunkan ayat  di dalam surat Al-Baqarah : 197, yang berupa nasehat kepada para Hujjaj.

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
" Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Ber-bekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah: 197)
Rafats yaitu berjima', dan segala tindakan yang menuju ke sana baik perbuatan maupun perkataan. Khususnya ketika berada di hadapan wanita. Sedangkan perbuatan fasik maksudnya seluruh kemaksiatan; dalam hal ini adalah larangan-larangan saat berihram. Berbantah-bantahan maksudnya debat kusir, berselisih dan bermusuhan. Karena perbuatan ini akan menimbulkan kejahatan serta permusuhan.
Di syariatkannya ibadah haji dimaksudkan untuk menunjukkan sikap rendah diri, ketundukan hanya kepada Allah. Menjaga diri dari mendekati akhlaku zamimah ( akhlak yang buruk) dan -sekali lagi- menuju akhlakul karimah .
Jadi, semuanya ini adalah  rahasia hablu minannas  yang terlupakan. Yang telah tertuang di dalam lima rukun Islam. Agar umat Islam paham bahwa dengan menjalankan rukun Islam akan membawa ketentraman di dunia dan akhirat. Allahu ta’ala a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori

Berita Terbaru

Blog Archive