Di dalam rukun Islam yang lima { syahadat, sholat, zakat, puasa,
haji }, terkuak suatu rahasia perintah yang sangat mulia kepada umat Islam.
Kelima perintah ini akan mendorong seorang Muslim menuju hubungan kepada Allah
‘hablu minallah’ , juga hubungan antar sesama manusia ‘ hablu
minannas’ .
Rukun Islam, jika ditinjau dari hubungan seorang hamba kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala
maka amatlah jelas bahwa dengan menjalankan rukun Islam ini berarti seorang
hamba telah sempurna Islamnya. Karena ia telah melaksanakan rukun yang di
syariatkan, dengan kata lain ia telah menjalankan ibadah. Inilah hablu
minallah.
Sedangkan yang telah terlupakan oleh umat Islam dalam menjalankan
rukun Islam ini adalah adanya rahasia hablu minannas di dalamnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Sallallahu
‘alaihi wasalam bersabda :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ
حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ
عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
“Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat (bersaksi) bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan nabi Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika
mereka telah melakukannya, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku,
kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka atas tanggungan Allah.” (HR.
Bukhari)
Hadits diatas telah menunjukan sunnatullah yaitu hukum
sebab-akibat. Dengan seseorang menyatakan dirinya masuk Islam, menegakkan
sholat dan membayar zakat. Maka akibatnya ia akan menjaga keamanan dirinya
sendiri dan hartanya. Dari sini akan timbul rasa kasih sayang sesama yang di
dasari dengan keimanan. Juga, akan tercerminkan akhlakul karimah yang
dijunjung tinggi di dalam agama Islam itu sendiri. Akhlakul karimah
telah terbukti menjadi akibat jika seorang Mukmin mampu menjalankan Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. Hal
ini telah dinyatakan langsung oleh Allah dan Rasulnya.
Allah berfirman :
وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر …
“ … dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar “ ( Al-Ankabut :45)
Menurut ayat
yang mulia ini bahwa sholat itu mencegah perbuatan keji atau nista, dan mungkar
atau maksiat. Namun jika sholat itu tidak bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar,
maka yang perlu ditanyakan bukanlah ayat ini atau sholat itu sendiri. Tapi yang
perlu ditanyakan adalah orang yang melakukan sholat. Sudahkah ikhlas dan benar
?
Jika ada pertanyaan “bagaimana bisa sholat mencegah perbuatan keji dan
mungkar?” maka jawabannya adalah karena sholat
adalah satu-satunya ibadah yang paling komplit. Didalamnya terdapat takbir,
tahmid, tahlil, doa, istighfar, bacaan Al-Fatihah dan surat-surat lain. Ketika
melaksanakannya pun dituntut untuk ikhlas, khusyu’, tawadhu, tuma’ninah, raja’
dan khauf. Bahkan syarat sebelum mendirikanya adalah bersuci dari hadats besar
dan kecil, di tempat yang bersih dan berjamaah ( jika sholat fardhu) serta
tepat waktu.
Waktu pelaksanaannya pun 5 kali sehari, belum lagi di tambah dengan sholat
sunnah Tathowu’. Ini artinya,
jika seorang Muslim benar-benar
memperhatikan masalah sholat dengan intens dan tersibukkan olehnya, dia akan
tercegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Rasulullah Sallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
من لم تأمره صلاته بالمعروف، وتنهه عن المنكر، لم يزدد بها من الله إلا بعداً
“Barang siapa yang sholatnya tidak memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kejahatan, tidak akan bertambah kecuali ia akan semakin jauh dari Allah”
Begitu pula dengan zakat, Allah berfirman :
“Ambillah zakat dari harta mereka guna
membersihkan, dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doamu itu menumbuhkan ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar, maha
mengetahui” ( At-Taubah:103)
Telah di jelaskan di dalam tafsir Al-Baghawi bahwa makna ‘membersihkan’ disini adalah membersihkan dari dosa. Sedangkan arti dari ‘mensucikan’ adalah mengangkat sifat-sifat kemunafikan menuju keikhlasan.
Dengan adanya perintah melaksanakan zakat dan shadaqah, akan mengikis hati seorang mukmin dari sifat-sifat kikir, bakhil dan ananiyah ( mementingkan diri sendiri).
Rukun Islam yang keempat adalah shiyam;puasa. Yang dimaksud adalah puasa Ramadhan. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الصيام جنة فإذا كان يوم صوم أحدكم
فلا يرفث ولا يفسق ولا يجهل، فإن سابه أحد فليقل إني امرؤ صائم
“ Dan puasa itu adalah perisai, maka jika salah
seorang diantara kalian berada pada hari puasa, maka janganlah berkata atau
berbuat kotor, fasiq dan bodoh, jika ada seseorang mencelanya atau hendak
membunuhnya, maka katakanlah: “saya seseorang yang sedang berpuasa.”(Muttafaqun
‘alaih).
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah,
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ لَمْ
يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ والجهل ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي
أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan
dusta dan perbuatan dusta, dan (ucapan atau perbuatan) kebodohan niscaya Allah tidak memerlukan usaha dirinya dalam meninggalkan makanan dan
minumannya (shaum).” (HR. Bukhari )
Yang
dimaksud dengan perkataan dusta di sini adalah : perkataan batil, bohong, saksi
palsu, ghibah, ftnah, mencaci dan menghina. Adapun
perbutan batil adalah : berbuat zalim, penipuan, khianat dst. Inilah
perbuatan-perbuatan yang dilarang ketika sesorang berpuasa.
Ada satu
hal penting yang diingatkan oleh para ulama berkenaan dengan tindakan yang
bodoh.
Dalam
Kifayatul Hajah fi Syarh Sunan Ibni Majah (2/170), Imam Muhammad bin Hayat As-Sindi menulis:
“Seluruh perbuatan maksiat merupakan tindakan yang bodoh.”
Imam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan, “Kebodohan itu ada dua jenis: (1) tidak
mengetahui ilmu yang bermanfaat dan (2) tidak mengamalkan konskuensi ilmu yang
bermanfaat. Keduanya disebut kebodohan menurut pengertian bahasa, budaya,
syariat, dan realita. Sebagaimana disebutkan oleh firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran.
Musa
menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang bodoh.” (QS.
Al-Baqarah : 67)
Maka ketika perbuatan-perbuatan ini
dilakukan, puasa pun menjadi rusak. Dan nilai-nilai kebaikan ( akhlakul
karimah) yang terdapat di dalam puasa tidak ber-atsar sedikitpun kepada
orang yang berpuasa di dalam kehidupan sehari-hari.
Tuntutan untuk menjalankan akhlakul karimah juga akan didapati
ketika seseorang melaksanakan ibadah Haji. Saat tiba musimnya, kaum Muslimin ‘yang mampu’
berbondong-bondong menuju tanah Haram untuk memenuhi seruan Allah. Dengan
banyaknya manusia berkumpul dalam satu tempat, akan menimbulkan masalah
tersendiri. Manusia berbaur antara laki-laki dan perempuan. Serta saling
berjubel, mendorong, terhimpit bahkan ada yang terinjak-injak. Setiap saat pun
bisa jadi mengantre.
Di sinilah Allah menurunkan ayat di dalam surat Al-Baqarah : 197, yang berupa
nasehat kepada para Hujjaj.
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ
الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا
تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
" Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Ber-bekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepadaKu hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah: 197)
Rafats yaitu berjima', dan segala tindakan yang menuju ke sana baik
perbuatan maupun perkataan. Khususnya ketika berada di hadapan wanita. Sedangkan
perbuatan fasik maksudnya seluruh kemaksiatan; dalam hal ini adalah larangan-larangan saat berihram. Berbantah-bantahan
maksudnya debat kusir, berselisih dan bermusuhan. Karena
perbuatan ini akan menimbulkan kejahatan serta
permusuhan.
Di syariatkannya ibadah haji dimaksudkan untuk menunjukkan sikap rendah diri, ketundukan hanya kepada Allah. Menjaga diri dari mendekati akhlaku zamimah ( akhlak yang buruk) dan -sekali lagi- menuju akhlakul
karimah .
Jadi, semuanya ini adalah rahasia hablu minannas yang terlupakan. Yang telah tertuang di dalam
lima rukun Islam. Agar umat Islam paham bahwa dengan menjalankan rukun Islam
akan membawa ketentraman di dunia dan akhirat. Allahu ta’ala a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar