Minggu, 27 Oktober 2019


Keluarga Penyokong Komponen Ekonomi Islam
Oleh: Zarov

            Kita tahu di zaman ini degradasi moral berada pada puncaknya dan di prediksi akan makin parah kerusakannya jika tidak segera di tanggulangi. Semua jenis kerusakan sudah tersebar di mana-mana tak terkendali mulai dari barat hingga timur tanpa terkecuali. Akhirnya degradasi moral tersebut menyebabkan lini-lini penopang kehidupan masyarakat hancur berantakan. Politik, pendidikan, ekonomi serta yang lainnya terkena imbasnya. Nah ini tugas kita sebagai pemuda penerus ummat dan bangsa untuk mencari solusi dan memperbaiki keadaan di masa depan termasuk permasalahan ekonomi umat islam yang saat ini tengah merosot.

Salah satu imbas dari kerusakan moral adalah melemahnya perekonomian umat karena lemahnya ekistensi moral dapat mengganggu dan merusak institusi-institusi penguat ekonomi. Berangkat dari sinilah ekonomi islam memasukan variabel moral sebagai salah satu variabel penguat sistem ekonomi islam. Pembentukan moral sebagai variabel pondasi ekonomi islam membutuhkan komponen-komponen yang lain untuk menguatkan dan memuluskan variabel tersebut. Komponen pendukung tersebut adalah sosioekonomi. Komponen yang mencakup hubungan sosial dan humanitarian dalam membentuk kekuatan ekonomi. Dalam ekonomi islam hal ini merupakan bagian yang tak bisa di lepaskan, karena visi dari ekonomi islam dalam memaknai prinsip kesejahteraan sangat komperhensif berbeda dengan ekonomi konvensional. DR. Umer Chapra seorang pakar ekonomi islam mengatakan dalam bukunya the future of economic: an Islamic perspective, bahwa makna visi kesejahteraan dalam ekonomi islam sangat dalam. Tak hanya melihat perspektif pribadi individu namun juga melihat kepentingan sosial masyarakat. Dan ini sangat berbeda dengan prinsip barat yang memaknai kesejahteraan hanya dengan sisi kepentingan individu.

            Maka ketika islam memandang kesejahteraan mencakup kepentingan diri dan sosial, komponen hubungan sosial dan humanitarian masuk dalam nilai pembentuk ekonomi. Maka pembentukan variabel ini perlu di mulai dari lingkungan keluarga yakni cakupan sosial yang paling sederhana. Institusi keluarga inilah pionir pembentuk kekuatan komponen sosioekonomi. Di sinilah kekuatan moral dibangun dan digembleng untuk cakupan sosial yang lebih besar dan nilai kemanusiaan di tanam. 

Di dalam islam semua anggota keluarga dilatih dan diperintahkan untuk bertanggung jawab atas anggota lain. Semua anggota saling memperbaiki dan menanam nilai-nilai agama dan moral kemanusiaan. Karena Allah memerintahkan Lindungi dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Ayat ini memerintahkan sikap tanggung jawab untuk diri dan anggota keluarga. Maka bermodal perintah Allah dan Rasulullah penggemblengan di dalam lingkup keluarga ini akan makin kuat dan kokoh, sehingga setiap individu keluarga tesebut siap terhadap cakupan interaksi sosial dan kemanusiaan yang lebih besar. Maka jika kekuatan nilai-nilai yang telah tertanam kuat maka orientasi dalam ekonomi pun akan melihat aspek pribadi dan masyarakat atau bahkan aspek masyarakat didahulukan ketimbang aspek pribadi.

Inilah keunggulan sistem ekonomi islam, yang mana memiliki variabel yang memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan sehingga visi yang dimiliki berbeda dengan visi ekonomi konvensional. Kita tahu bahwa dalam ekonomi konvensional prinsip ekonomi manusia adalah rasional yakni mementingkan kepuasan dan pendapatan semaksimal mungkin untuk individual. Dan prinsip terebut akan membawa konsekuensi ketidakseimbangan di dalam masyarakat, karena semua individu hanya mementingkan kepentingan pribadi sehingga mereka rela mengorbankan pihak yang lain termasuk keluarga yang di dalam islam ia adalah termasuk pondasi penting. Walhasil, kondisi kemrosotan ekonomi yang saat ini kita hadapi adalah buah dari pengaplikasian sistem ekonomi barat. Maka tak heran korupsi, penggelapan uang serta penerapan sistem bunga yang tinggi, semua terjadi di masyarakat.

Di sinilah celah ekonomi islam dalam memberikan solusi jangka panjang. Pembentukan variabel moral yang di dukung komponen sosial dan kemanusiaan yang dibangun dan ditanam dari lingkup keluarga memerlukan jangka panjang. Tapi dari sisi tersebutlah ekonomi islam akan membawa prospek kemakmuran di kemudian hari dan mengganti sistem kapitalis barat yang mulai menapaki kehancurannya. Karena rangkaian variabel tersebut akan menghasilkan SDM-SDM yang kuat dan kokoh dalam membangun kemajuan ekonomi ummat.

Maka saat bulan Ramadhan yang penuh berkah kali ini bisa kita manfaatkan sebagai batu loncatan dan start penggemblengan institusi keluarga yang di amanahkan kepada kita. Momentum Ramadhan sebagai syahrul ‘ibadah wat tarbiyah sangat cocok untuk kita lebih fokus dalam penggemblengan personal-personal dalam keluarga karena salah satu hikmah dari puasa di bulan Ramadhan akan membentuk pribadi-pribadi takwa. Dan takwa inilah yang akan membentuk kesolidan institusi keluarga sehingga nantinya akan membantu terlahirnya SDM-SDM yang solid dan kuat dalam menghadapi gempuran rintangan dalam membangun dan mempertahankan ekomoni umat islam zaman ini dan di masa depan Insya Allah. Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori

Berita Terbaru

Blog Archive