Keluarga Penyokong Komponen Ekonomi Islam
Oleh: Zarov
Kita tahu di zaman
ini degradasi moral berada pada puncaknya dan di prediksi akan makin parah
kerusakannya jika tidak segera di tanggulangi. Semua jenis kerusakan sudah
tersebar di mana-mana tak terkendali mulai dari barat hingga timur tanpa
terkecuali. Akhirnya degradasi moral tersebut menyebabkan lini-lini penopang
kehidupan masyarakat hancur berantakan. Politik, pendidikan, ekonomi serta yang
lainnya terkena imbasnya. Nah ini tugas kita sebagai pemuda penerus ummat dan
bangsa untuk mencari solusi dan memperbaiki keadaan di masa depan termasuk
permasalahan ekonomi umat islam yang saat ini tengah merosot.
Salah satu imbas dari kerusakan moral adalah melemahnya
perekonomian umat karena lemahnya ekistensi moral dapat mengganggu dan merusak
institusi-institusi penguat ekonomi. Berangkat dari sinilah ekonomi islam
memasukan variabel moral sebagai salah satu variabel penguat sistem ekonomi
islam. Pembentukan moral sebagai variabel pondasi ekonomi islam membutuhkan
komponen-komponen yang lain untuk menguatkan dan memuluskan variabel tersebut. Komponen
pendukung tersebut adalah sosioekonomi. Komponen yang mencakup hubungan sosial
dan humanitarian dalam membentuk kekuatan ekonomi. Dalam ekonomi islam hal ini
merupakan bagian yang tak bisa di lepaskan, karena visi dari ekonomi islam
dalam memaknai prinsip kesejahteraan sangat komperhensif berbeda dengan ekonomi
konvensional. DR. Umer Chapra seorang pakar ekonomi islam mengatakan dalam
bukunya the future of economic: an Islamic perspective, bahwa makna visi
kesejahteraan dalam ekonomi islam sangat dalam. Tak hanya melihat perspektif
pribadi individu namun juga melihat kepentingan sosial masyarakat. Dan ini
sangat berbeda dengan prinsip barat yang memaknai kesejahteraan hanya dengan
sisi kepentingan individu.
Maka ketika islam
memandang kesejahteraan mencakup kepentingan diri dan sosial, komponen hubungan
sosial dan humanitarian masuk dalam nilai pembentuk ekonomi. Maka pembentukan
variabel ini perlu di mulai dari lingkungan keluarga yakni cakupan sosial yang
paling sederhana. Institusi keluarga inilah pionir pembentuk kekuatan komponen
sosioekonomi. Di sinilah kekuatan moral dibangun dan digembleng untuk cakupan
sosial yang lebih besar dan nilai kemanusiaan di tanam.
Di dalam islam semua anggota keluarga dilatih dan diperintahkan
untuk bertanggung jawab atas anggota lain. Semua anggota saling memperbaiki dan
menanam nilai-nilai agama dan moral kemanusiaan. Karena Allah memerintahkan ”Lindungi
dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Ayat ini memerintahkan sikap
tanggung jawab untuk diri dan anggota keluarga. Maka bermodal perintah Allah
dan Rasulullah penggemblengan di dalam lingkup keluarga ini akan makin kuat dan
kokoh, sehingga setiap individu keluarga tesebut siap terhadap cakupan
interaksi sosial dan kemanusiaan yang lebih besar. Maka jika kekuatan
nilai-nilai yang telah tertanam kuat maka orientasi dalam ekonomi pun akan
melihat aspek pribadi dan masyarakat atau bahkan aspek masyarakat didahulukan
ketimbang aspek pribadi.
Inilah keunggulan sistem ekonomi islam, yang mana memiliki variabel
yang memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan sehingga visi yang dimiliki
berbeda dengan visi ekonomi konvensional. Kita tahu bahwa dalam ekonomi
konvensional prinsip ekonomi manusia adalah rasional yakni mementingkan
kepuasan dan pendapatan semaksimal mungkin untuk individual. Dan prinsip
terebut akan membawa konsekuensi ketidakseimbangan di dalam masyarakat, karena
semua individu hanya mementingkan kepentingan pribadi sehingga mereka rela
mengorbankan pihak yang lain termasuk keluarga yang di dalam islam ia adalah
termasuk pondasi penting. Walhasil, kondisi kemrosotan ekonomi yang saat ini
kita hadapi adalah buah dari pengaplikasian sistem ekonomi barat. Maka tak
heran korupsi, penggelapan uang serta penerapan sistem bunga yang tinggi, semua
terjadi di masyarakat.
Di sinilah celah ekonomi islam dalam memberikan solusi jangka
panjang. Pembentukan variabel moral yang di dukung komponen sosial dan
kemanusiaan yang dibangun dan ditanam dari lingkup keluarga memerlukan jangka
panjang. Tapi dari sisi tersebutlah ekonomi islam akan membawa prospek
kemakmuran di kemudian hari dan mengganti sistem kapitalis barat yang mulai
menapaki kehancurannya. Karena rangkaian variabel tersebut akan menghasilkan
SDM-SDM yang kuat dan kokoh dalam membangun kemajuan ekonomi ummat.
Maka saat bulan Ramadhan yang penuh berkah kali ini bisa kita
manfaatkan sebagai batu loncatan dan start penggemblengan institusi
keluarga yang di amanahkan kepada kita. Momentum Ramadhan sebagai syahrul
‘ibadah wat tarbiyah sangat cocok untuk kita lebih fokus dalam
penggemblengan personal-personal dalam keluarga karena salah satu hikmah dari
puasa di bulan Ramadhan akan membentuk pribadi-pribadi takwa. Dan takwa inilah
yang akan membentuk kesolidan institusi keluarga sehingga nantinya akan
membantu terlahirnya SDM-SDM yang solid dan kuat dalam menghadapi gempuran
rintangan dalam membangun dan mempertahankan ekomoni umat islam zaman ini dan
di masa depan Insya Allah. Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar