Sejarah Wanita dalam Beragam Kebudayaan
Dewasa ini kita sering mendengar di mana-mana mendengung kata
feminisme, kesetaraan gender, persamaan hak antara pria dan wanita dan banyak
hal yang berkaitan dengannya. Sampai-sampai pun di dunia muslim, para
wanita-wanitanya banyak pula yang ikut menyemarakkan hal itu. Sebenarnya
bagaimana asal muasal atau sejarah feminisme dan kesetaraan gender itu muncul
kita perlu mengetahui sehingga kita tidak salah dalam memahami dan ambil sikap.
Karena memang wanita ini adalah sosok yang spesial di setiap kebudayaan dan
peradaban.
Jika kita
melihat kebudayaan yunani kuno, kedudukan wanita itu sangat rendah dan
mengenaskan. Mereka hanya di gambarkan sebagai penduduk kelas dua yang hanya di
gunakan sebagai eksploitasi yang berhubungan dengan seks. Banyak dibuat
patung-patung wanita telanjang yang seksi dan cantik. Di peradaban ini wanita
memainkan peranan penting, tapi juga digunakan sebagai simpanan makanya wajar
di Yunani orang-orang banyak membuat patung wanita layaknya wanita simpanan.
Karena hal ini di contohkan oleh dewa mereka sendiri yang memiliki wanita
simpanan atau selingkuhan. Jadi wajar dan biasa kalau manusia selingkuh karena
dewanya pun mencontohkan selingkuh. Banyak sekali kisah para dewa mereka yang menceritakan
perselingkuhan wanita. Mulai dari kisah Dewa Zeus yang beristrikan Dewi Hera
yang memiliki banyak anak. Tapi Dewa Zeus ini masih merasa belum cukup sehingga
banyak berselingkuhlah dengan manusia maka lahir lah manusia-manusia setengah
dewa, salah satunya adalah Hercules dan Perseus. Kemudian ada juga kisah dewi
kecantikan sejagat Dewi Aphrodite. Dewi Aphrodite ini awalnya dinikahkan dengan
saudara Dewa Zeus, yakni Dewa Hefaistus dewa pande besi. Dewa yang kerjanya
membuat senjata di bawah bumi ini ternyata sangat buruk rupa, sehingga Dewi
Aphrodite pun merasa tidak puas dan mencari selingkuhan yakni Dewa Ares si dewa
perang. Jadi di kebudayaan yunani ini wanita kerjaanya sangat jelas hanya
mengekspoliatasi kecantikan dan keseksian diri serta berperan untuk selingkuh
dan diselingkuhi saja yang intinya hanya sebagai tempat pemuas hasrat seks belaka.
Lalu kita
berpindah di kebudayaan India. Di kebudayaan ini wanita sama saja dan lebih
mengenaskan. Kedudukan mereka hanya dianggap sebagai manusia rendahan yang
memiliki hak hidup selama suaminya hidup. Maka di India ada tradisi yang
bernama Sadhi. Tradisi sadhi adalah tradisi hindu dimana jika seorang
wanita telah menikah kemudian suaminya meninggal maka hak hidup sang wanita pun
habis dan harus ikut dibakar bersama sang suami. Dan saat ini tradisi ini pun
masih di lakukan di beberapa tempat di India. Dan itulah hak hidup
wanita-wanita dalam tradisi hindu. Kemudian kita berpindah kepada tradisi
budaya yahudi. Dalam kitab mereka Talmud seorang lelaki diwajibkan berdoa dalam
24 jam dengan doa “terima kasih tuhan karena engkau tidak menjadikanku
seorang wanita atau budak belia”. Dalam ayat ini menggambarkan bahwa wanita
hanya sebagai kutukan belaka, karena sang lelaki yang berdoa bersyukur tidak
diciptakan sebagai wanita. Kemudian juga masih dalam Talmud disebutkan bahwa “bila
seorang lelaki dewasa bersetubuh dengan anak perempuan maka tidak mengapa”. Jadi
wajar kalau perlakuan mereka terhadap wanita itu tidak adil dan merendahkan
karena memang di kitabnya banyak sekali mengajarkan tentang hal tersebut.
Kemudian kita lihat dalam tradisi Kristen
orang-orang Romawi, kedudukan wanita sama saja rendah dan hanya sebagai objek
seks belaka. Mereka orang-orang Romawi merendahkan wanita dengan menggunakan
dalil-dalil agama. Seperti contohnya adalah dalil tentang kisah ‘diusirnya’
Adam dan Hawa. Dan sampai saat ini doktrin diusirnya Adam dan Hawa itu masih
sering di pakai sehingga umat islam pun keliru dalam memaknainya sehingga
ikut-ikutan mengatakan di usir dari surga. Sebenarnya yang mengatakan dan
merasa di usir itu adalah orang Kristen saja, dalam islam tidak diusir tapi
diturunkan karena memang Allah berkehendak tuk menurunkannya di bumi sebagai khalifatul
ardhi. Di dalam injil dalam kasus ini dikisahkan bahwa Hawa memakan buah
yang dilarang tuhan kemudian mengajak suaminya Adam memakannya pula sehingga
menyebabkan kemurkaan tuhan dan di usirlah mereka dari surga sehingga dalam
terminologi Kristen munculah dosa waris. Dosa waris dosa yang diturunkan Adam
dan Hawa kepada manusia sampai saat ini. Kisah ini di sebutkan dalam kitab genesis
yang berjudul buah kecerdasan. Sehingga dalam pandangan Kristen penyebab
diusirnya manusia dari surga adalah wanita, wanita penyebab kutukan tuhan
sehingga mendapat murka dan di usir dari surga. Dan berujung pada semua gereja
Romawi percaya bahwa wanita adalah perangkap setan yang harus di sucikan dengan
disalib dan dibakar. Sehingga saat itu wanita tidak boleh melakukan
kegiatan-kegiatan seperti lelaki. Wanita-wanita yang pandai dan berilmu maka
disebut penyihir dan harus disucikan dengan dibakar. Wanita ke dudukannya hanya
rendah seperti budak belaka.
Maka wajarlah saat ini banyak sekali di barat atau
kebudayaan lain muncul gerakan feminisme yang menyuarakan persamaan hak antara
pria dan wanita. Karena memang mereka merasa tidak puas dengan kebudayaan yang
memiliki latar belakang menggambarkan wanita sangatlah rendah. Dan yang seperti
itu semua tidak terjadi dan dialami wanita-wanita dalam islam. Karena memang
dalam sejarah-sejarah peradaban islam wanita selalu ditempatkan pada kedudukan
yang mulia dan dijunjung kehormatannya dan mereka para wanita muslimah merasa
puas karena aturan islam yang memuliakan mereka. Sampai-sampai Allah membuat
satu surat khusus yang bernama surat An-Nisa (para wanita). Kemudian juga islam
menempatkan wanita tiga kali lebih tinggi dari seorang pria dalam hal
penghormatan oleh anak seperti yang disabdakan oleh Rosululloh dalam hadits
tentang birrul walidain. Tak hanya itu saja, Allah menurunkan islam kepada
seorang lelaki (Rosulullah) tapi yang paling pertama menerima dan menguatkan
seruan islam setelah Rosul adalah bukan seorang lelaki melainkan seorang wanita
(Khadijah). Jadi sangatlah tidak benar jika wanita-wanita muslim sekarang
ikut-ikutan menyuarakan kesetaraan gender pria dan wanita yang banyak di usung
wanita-wanita barat. Maka banyak-banyakanlah kita mengambil hikmah yang
dicontohkan oleh wanita-wanita muslimah jaman dahulu. Bukan tanpa alasan Allah
dan Rosululloh menetapkan beberapa ketetapan yang secara dzohir berbeda bagi
wanita dengan pria namun jika ditelaah dan diresapi maka sangatlah rasional dan
manusiawi ketetapan tersebut. Karena islam memang adil dalam memberikan
ketetapan kepada semua hamba hamba-Nya. Wallahu’alam.
Zarov
0 komentar:
Posting Komentar