Ummu Salamah
Disela-sela
kita mengkaji sirah tentang kehebatan kehidupan insan agung bernama Muhammad
bin Abdulllah Shalallahu Alaihi Wasalam, Nabi dan Rasul terakhir utusan Allah kepada kita. Ataupun kesetiaan Abu Bakar
As-siddiq, ketegasan Umar Al-Khatab dan kisah Sayyidina Ali yang bersemangat,
disana terselip kisah-kisah wanita hebat di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Mungkin kisah-kisah sahabiyah
ini jarang kita dengar, namun dibalik kisah sahabiyah ini terselip seribu satu
hikmah dan pelajaran untuk menjadi contoh nyata
bagi yang mendambakan surga dan ridha Allah. Kali ini sedikit mari kita
melirik kisah Ummu Salamah Radhiyallahu Anha. Wanita yang kesabaran dan
ketabahannya membuahkan balasan yang agung.
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan identitas Ummu Salamah:
“ Ummu Salamah adalah wanita
terhormat, berhijab dan suci. Namanya Hind binti Abu Umayyah bin Mughirah bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-Makhzumiyah. Ummu
Salamah merupakan sepupu Khalid bin
Walid yang digelari Pedang Allah dan Abu Jahal bin
Hisyam. Dia termasuk wanita yang pertama kali berhijrah. Sebelum menjadi isteri
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, Ummu Salamah menikah dengan Abu
Salamah bin Abdul Asad Aal-Makhzumi, seorang lelaki yang soleh.”
Mari kita melirik sejenak kehidupan
Ummu Salamah sebelum kedatangan islam. Ummu Salamah adalah seorang wanita yang
sangat terhormat dan mulia. Berasal dari keluarga yang
terhormat kerena beliau berasal dari bani Makhzum. Ayahnya juga adalah seorang
tokoh Quraisy yang dermawan dan pemurah dan selalu memberi bekal kepada musafir
yang kehabisan bekal. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang dermawan
membuat Ummu Salamah menjadi seorang yang dermawan, mempunyai hati yang bersih
serta sangat memahami arti belas kasih
sehingga memancarlah kebaikan dan kemurahan hatinya kepada manusia.
Sejak kecil Ummu Salamah sudah
menampakkan keperibadian yang kuat untuk menjadi wanita terhormat. Beliau juga
memiliki rupa paras yang cantik jelita. Setelah
dewasa, Ummu Salamah dipinang oleh Abdullah (Abu Salamah) bin Abdul Asad
bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Abu Salamah merupakan seorang
pemuda Quraisy yang terkenal dengan kepiawaian beliau menunggang kuda. Beliau juga merupakan saudara sesusuan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Pernikahan Hindun (Ummu
Salamah) dan Abu Salamah dilangsungkan dan mereka hidup bahagia. Setelah Islam
tersebar di Mekah, Ummu
Salamah dan suaminya termasuk di antara orang-orang awal yang
mengikrarkan iman kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ketika hendak berhijrah ke Madinah,
Ummu Salamah dan suaminya mengalami peristiwa yang amat memilukan. Ketika Abu
Salamah, Ummu Salamah dan putera mereka, Salamah bin Abu Salamah sedang
mempersipkan bekal menuju ke Madinah, terjadilah perselisihan antara keluarga
bani Asad dan Bani Mughirah. Keluarga bani Mughirah (keluarga Ummu Salamah)
tidak mengizinkan Abu Salamah membawa Ummu Salamah hijrah ke Madinah oleh
karena larangan tersebut Bani Asad
(keluarga Abu Salamah) mengambil kebijakan bahwa anak mereka (Salamah) harus
ikut bersama bani Asad, maka Abu Salamah pun melanjutkan perjalanannya hijrah
ke Madinah. Adapun Ummu Salamah dibawa
pulang oleh keluarganya (Bani Mughirah) yang akhirnya harus terpisah dari anak
dan suaminya. Namun begitu Ummu Salamah diberi kesabaran yang tinggi untuk
terus sabar melalui ujian itu. Sejak
terpisah dengan suami dan anaknya, setiap pagi Ummu Salamah pergi ke tanah
lapang dan duduk sambil menangis. Hal itu dilakukan selama setahun sehingga
pada suatu hari salah seorang sepupunya dari Bani Mughirah melihatnya dan
berkata kepada keluarga Bani Mughirah yang lainnya:
“Tidakkah kalian merasa
simpati terhadap wanita malang itu? Kalian telah memisahkannya dari suami dan
anaknya”
Tidak lama setelah itu keluarga
bani Mughirah mengizinkan Ummu Salamah untuk bertemu suaminya di Madinah.
Keluarga Bani Asad pun
mengembalikan puteranya Salamah kepada Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah
berangkat bersama puteranya keluar bertemu suaminya. Beliau memulai perjalanan
sendirian dan hanya ditemani puteranya yang masih kecil, dan hanya
berbekal tawakkal kepada Allah yang
melebihi segala-galanya. Di dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Utsman bin
Thalhah dan Utsman membantu perjalanannya sehingga beliau bertemu dengan suami
tercinta, Abu Salamah. Setelah bertemu dengan suaminya di Madinah, Ummu Salamah
hidup bahagia dan dapat beribadah dengan tenang dan bertaqwa serta menggali
setiap bentuk kebaikan daripada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Ummu Salamah berusaha keras mendidik empat anaknya (Zainab, Umar, Salamah dan
Durrah) dengan menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah.
Ummu Salamah sangat mendukung setiap
aktivitas
suaminya untuk berjuang di medan jihad. Beliau setia menyembuhkan luka-luka
pada badan suaminya seusai peperangan, hingga suatu waktu suaminya mengalami
luka parah pada perang Uhud. Ketika Abu Salamah terbaring menanti detik
kematian, terjadilah percakapan yang sangat mengharukan antara Abu Salamah dan
Ummu Salamah. Ziyad bin Abu Maryam menuturkan, saat itu Ummu Salamah berkata,
“Aku mendengar bahwa jika seorang
isteri ditinggal mati oleh suaminya, sementara suaminya itu menjadi penghuni
surga, lalu isterinya tidak menikah lagi, maka Allah akan mengumpulkan mereka
kembali di dalam surga. Karena itu aku bersumpah bahwa engkau tidak akan
menikah lagi (seandainya aku yang mati terlebih dahulu) dan aku tidak akan
menikah lagi setelah engkau mati.”
Abu Salamah berkata, “Apakah
engkau akan taat kepadaku?”
Ummu Salamah menjawab, “ya”.
Abu Salamah berkata, “Kalau
begitu jika aku mati terlebih dahulu maka menikahlah lagi. Ya Allah, jika aku
mati maka berilah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik dariku yang tidak
akan membuatnya sedih dan tidak akan menyakitinya.”
Tidak lama setelah itu, Abu Salamah
meninggal dunia. Allah pun mengabulkan doa Abu Salamah yang mana Allah mendatangkan insan paling
mulia kepada Ummu Salamah. Setelah kematian suaminya, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam datang dan meminang Ummu Salamah.
Ummu Salamah menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam dan termasuk dalam keluarga yang
mulia lagi suci. Betapa Allah telah memuliakan Ummu Salamah dengan kemuliaan
yang melebihi kemewahan dunia dan seluruh isinya. Ummu Salamah menjalani kehidupan
yang sangat bahagia dan barakah bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam. Ummu Salamah menjadi seorang
isteri yang sangat baik kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Beliau banyak membantu dakwah
Rasulullah, terlebih
lagi karena Allah memberikan kepada Ummu Salamah kecerdasan.
Diceritakan dalam satu kisah ketika perjanjian
Hudaibiyah, setelah selesai menandatangani perjanjian damai dengan kaum
musyrik, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam berkata kepada para sahabatnya,
“ Bersiap-siaplah, sembelihlah hewan-hewan korban kalian dan cukurlah
rambut kalian”
Namun, saat itu tidak ada seorang
pun sahabat yang berdiri dan melaksanakan perintah baginda Shalallahu Alaihi Wasallam walaupun perintah itu diulang
sebanyak tiga kali oleh Rasulullah. Melihat tidak ada tindakan dari pihak
sahabatnya, maka masuklah Rasulullah ke tenda dan menemui Ummu Salamah, lalu menceritakan kejadian tersebut.
Di sinilah Ummu Salamah memainkan peranannya dengan baik sekali. Wanita yang
punya pemikiran yang hebat ini menyelamatkan para sahabat dari kemarahan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Ummu Salamah berkata:
“Wahai Nabi Allah, apakah
engkau ingin sahabat-sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah dan jangan
berbicara dengan siapa pun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk
mencukur rambutmu”
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengikut saran
Ummu Salamah. Baginda keluar tanpa berbicara dengan siapa pun lalu menyembelih
hewan kurbannya
serta mencukur rambutnya. Ketika para sahabat melihat tindakan baginda, para
sahabat lantas bangkit dan menyembelih hewan korban mereka serta mencukur
rambut mereka.
Ummu Salamah juga sangat menyayangi
orang-orang yang ada disekelilingnya. Beliau akan sentiasa bahagia jika dapat
memberi kabar gembira kepada orang sekelilingnya. Beliau juga yang menyampaikan
kabar kepada Abu Lubabah bahwa Allah telah menerima taubatnya. Ummu Salamah
juga pernah membujuk Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk
memaafkan Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umayyah. Ketika mereka
berdua ingin menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam di Abwa’,
mereka berusaha mengadap baginda namun ketika melihat kedatangan mereka,
Rasulullah lantas memalingkan muka karena tidak dapat menerima perlakuan mereka
selama ini yang sangat menyakitkan baginda Shalallahu Alaihi Wasallam.
Namun Ummu Salamah membujuk Rasulullah dengan berkata:
“Wahai Rasulullah bagaimanapun mereka bukanlah
orang yang paling menyakitimu selama ini”
Imam Adz-Dzahabi menyebut sifat Ummu
Salamah:
“Dia dianggap salah seorang
ulama generasi sahabat”
Bagaimana Ummu Salamah tidak
mencapai darjat setinggi itu, setiap saat beliau mendengar langsung bacaan
al-quran dari pada Rasulullah dan mendengar kata-kata Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam dari lisan baginda. Ummu Salamah juga menjadi rujukan para sahabat
dalam beberapa persoalan hukum dan fatwa, terutama persoalan yang berkaitan
dengan wanita. Ummu Salamah juga meriwayat 378 hadits yang dihafalnya dengan
baik.
Ummu Salamah meninggal dunia ketika
usianya sekitar 90 tahun dan sempat berada dalam dalam pemerintahan Khulafa’
ar-Rasyidin hingga pemerintahan Yazid bin Mu’awiyyah. Imam Adz-Dzahabi berkata:
“Dia adalah Ummul Mukminin
yang paling akhir meninggal dunia”
Demikianlah diceritakan kisah
hidup wanita agung, Hindun atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Salamah. Betapa kemuliaan
akhlaknya, kesucian hatinya dan ketabahannya menjalani ujian kehidupan
menjadikan beliau insan yang diagungkan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala sehingga diberi tempat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
menjalani kehidupan yang barakah bersama insan mulia Rasulullah Shalallahu
Aalaihi Wasallam. Betapa kematangan pemikiran beliau telah memberikan
sumbangsih besar akan keberhasilan dakwah
Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wasallam. Semoga ketabahan hatinya,
kesetiaannya kepada orang-orang yang ia cintai, kesuciaan hatinya,
kesungguhannya menerapkan sifat taqwa dalam diri, kesungguhannya menanamkan
rasa cinta anak-anaknya kepada Allah dan Rasullah menjadi teladan buat kita
yang sentiasa mendamba ridha Ilahi.
0 komentar:
Posting Komentar